Rabu, 14 November 2012

halloo semua


1.NAD (Nanggro Aceh Darussalam)
SERUNE KALEE (sumber bunyi : Aerofon, DITIUP SERTA TERDAPAT LUBANG YANG DIMAINKAN DENGAN JARI SEBAGAI PENGATUR NADA)


   Fungsi Serune Kalee
Serune Kalee sebagai alat primer, berperan membawa lagu yang lebih cenderung instrumentalia. Serune Kalee dimainkan dengan alunan suara yang terus-menerus dan tidak putus-putus. Suara tersebut dihasilkan dari teknik meniup dengan mengambil napas dari mulut dan hidung serta leher. Dengan suara Serune Kalee yang tajam musik akan terdengar dinamik, terkesan heroik, dan mendatangkan semangat. Gaya musikal Serune Kalee yang khas tidak akan terganggu atau mengganggu suara lain pada waktu ikut mengiringi alat tabuh semisal rapai (Z. H. Idris, 1993: 53).

Selain digelar dalam berbagai pertunjukan atau sebagai pelengkap alat musik yang lain, alat musik tradisional ini juga berperan sebagai penunjang dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang berhubungan antarmanusia. Misalnya, upacara perkawinan, melepaskan nazar, penyambutan tamu, peresmian proyek, dan sebagainya (Z. H. Idris, 1993: 54).

Saat ini peran Serune Kalee bukan hanya berhubungan dengan dakwah Islam, namun juga dalam berbagai kegiatan yang lain secara umum. Jenis alat musik serupa Serune Kalee juga banyak tersebar di berbagai daerah, bahkan hingga ke mancanegara.

 Bentuk Serune Kalee
Wujud dan bentuk peralatan ini seperti pentungan, bulat, dan lurus mulai dari batas atas (mondstuk) hingga ke bagian bawah (bell). Bagian atas peralatan ini kecil dan membesar di bagian bawahnya. Di bagian badan atau tubuh terdapat lubang-lubang sebagai tempat memainkan nada yang diinginkan. Peralatan ini mempunyai warna dasar hitam, hal ini kemungkinan disebabkan oleh terlalu banyak dipegang atau memang warna dasar kayu yang dibuat untuk peralatan ini berwarna hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh..

Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Serune kalee yang terbuat dari kayu, bagian pangkal kecil serta di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat piringan penahan bibir peniup yang terbuat dari kuningan yang disebut perise.Serune kalee ini mempunyai 7 buah lobang pengatur nada. Selain itu terdapat lapis kuningan serta 10 ikatan dari tem­baga yang disebut klah (ring) serta berfungsi sebagai penga­manan dari kemungkinan retak/pecah badan serune terse­but. Alat ini biasanya digunakan bersama genderang clan rapai dalam upacara-upacara maupun dalam mengiringi tarian-tarian tradisional.
Corak suara yang dihasilkan oleh peralatan ini adalah suara yang sengau (bindeng), serak (roco), tajam, dinamis, dan mendatangkan semangat ketika mendengarnya. Suara alat ini bisa terdengar hingga jauh tanpa menggunakan pengeras suara. Mungkin kerasnya suara yang dihasilkan oleh peralatan dikarenakan bahan baku pembuat Serune yang tua, keras, dan ringan (Z. H. Idris, 1993: 51).

Pada peralatan ini tidak ada ornamen atau hiasan yang mencolok. Hanya berupa ukiran pada badan Serune Kalee. Ukiran ini tergurat dalam bentuk lurus mengelilingi badan Serune Kalee agar Serune Kalee tampak indah dan terkesan canggih. Pada bagian atas dekat mondstuck terdapat sebuah ring yang berfungsi sebagai pengaman agar peralatan ini tidak mudah retak. Selain itu, ring juga difungsikan sebagai hiasan. Bagian bell kadang dilapisi dengan plat perak yang diberi sedikit ukiran. Tidak ada makna secara simbolis untuk ukiran ini. Bila peralatan ini kita balik dengan bagian atas berada di bawah akan terlihat seperti sebuah pentungan atau pemukul beduk.
Cara Memainkan Serune Kalee
Alat musik tradisional ini ditiup dengan posisi vertikal. Pemain alat ini dapat meniupnya sambil berdiri, duduk bersila di atas tikar, atau dapat juga dengan duduk di atas kursi. Dalam acara pertunjukan atau acara resmi, pemain Serune Kalee mengenakan pakaian adat. Seorang yang menjadi peniup Serune Kalee disyaratkan mempunyai gigi yang utuh dan pernapasan yang kuat, karena harus melakukan pengambilan dan penyimpanan napas secara kontinyu (Z. H. Idris, 1993: 54).

Sementara itu, jari-jari kedua belah tangan berfungsi sebagai pengatur nada dengan membuka dan menutup lubang nada. Jari tangan inilah yang akan mengatur tinggi dan rendahnya nada. Komposisi pemain biasanya terdiri dari tiga orang, yaitu 1 orang peniup Serune Kalee, 1 orang penabuh gendrang, seorang yang lain memainkan rapai. Tekanan melodi biasanya jatuh pada ketok irama terakhir.

Permainan musik Serune Kalee biasanya bertempo 2/4 atau 4/4 yang dapat dimainkan dalam irama andante, moderato, dan allegro. Formasi ideal dalam pertunjukan Serune Kalee adalah 1 buah Bulon Perindu, 8 rapai, 2 genderang, 4 rapai pase. Kadangkala peralatan musik ini digabungkan dengan berbagai jenis peralatan musik yang lain, seperti drum, gitar elektrik, bas, clarinet, dan lain-lain.

 
2.SUMATRA UTARA
ARAMBA (sumber bunyi : Ideofon, DIPUKUL DENGAN MENGGUNAKAN PEMUKUL KHUSUS)
Aramba adalah instrumen musik pukul, berbentuk bundar dengan semacam bulatan menonjol pada tengahnya. Aramba biasanya digantungkan dengan seutas tali pada sebuah palang horizontal. Instrumen ini biasa dimainkan pada acara-acara adat. Aramba dibuat dari logam atau perunggu, dan dibunyikan dengan pemukul kayu berujung bulat yang disebut Bözi-bözi Garamba.
Dilihat dari jenis materialnya yang terbuat dari logam, kemungkinan besar Aramba adalah alat musik yang diperkenalkan oleh orang dari luar Nias. Karena di Nias sendiri tidak ditemukan pertambangan Logam.
3.SUMATRA BARAT
SALUANG (sumber bunyi : Aerofon, DITIUP SERTA TERDAPAT LUBANG YANG DIMAINKAN DENGAN JARI SEBAGAI PENGATUR NADA)
Saluang

Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau. Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok (menyisihkan napas).
Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
Dahulu, kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan seterusnya [2].
4.RIAU
Nafiri
Nafiri merupakan alat musik tradisional yang berasal dari propinsi Riau di pulau Sumatera yang bentuknya mirip dengan terompet. Kita dapat melihat permainan alat musik ini bersama dengan pertunjukkan makyong yang merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional yang saat ini masih dimainkan dan diwariskan di propinsi
Riau. Selain sebagai alat musik, nafiri juga digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat melayu. Terutama untuk memberitahukan tentang adanya bencana, dan berita tentang kematian.
Cara memakai alat musik nafiri yaitu dengan ditiup, dan nada yang keluar sesuai dengan tiupan yang kita berikan. Nafiri ini adalah jenis alat musik tiup.

Fungsi dan kegunaan

  1. Pengiring tarian tradisional, tari Inai, tari Jinugroho dan tari Olang.
  2. Sebagai alat musik yang utama di dalam musik robat yang merupakan musik yang dimainkan di lingkungan masyarakat.
  3. Sebagai melodi yang digunakan untuk menentukan gerakan-gerakan silat.
  4. Untuk penobatan raja-raja ketika Riau masih berbentuk kerajaan-kerajaan serta bangsawan.
  5. Tanda terhadap terjadinya peperangan, bencana, dan kematian.
  6. Alat yang digunakan sebagai penanda spiritual untuk memanggil dewa, roh, atau arwah nenek moyang.

Cara membuat Nafiri

Terbuat dari kayu yang berukuran 25 sampai 45 centimeter. Antara batang dengan dan tempat tiupnya diberi batas yang terbuat dari tempurung kelapa. Nafiri menggunakan semacam lidah yang terbelah dua terbuat dari daun kelapa yang muda atau ruas bambu yang sudah kering. Lidah tersebutlah yang disebut dengan vibrator yang akan mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian. Lubang jari ada tiga buah yang besarnya kira-kira sebesar biji jagung untuk mengatur tinggi rendahnya nada. Pada bagian pangkalnya diberi sambungan berbentuk seperti bujur telur yang terpotong dan berongga untuk membuat volume yang dikeluarkan lebih besar. Musik yang dikeluarkan terdengar seperti meronta-ronta daripada melodi yang jelas untuk didengar.
Sepotong kayu yang telah dikerat menurut ukuran yang dikehendaki ditoreh besar dipangkalnya sehingga bentuknya mirip dengan telur yang sudah dipotong bagian ujungnya. Kemudian diberi bebatang, proses tersebut yang disebut dengan balan atau bakal nafiri. Kemudian balan tersebut diperhalus dengan menggunakan pisau raut dan digesek untuk dihaluskan dengan daun trap atau kelopak bunga sukon yang hanya ditemukan didaerah sumatera. Kemudian dilubangi dengan menggunakan gurdi kecil dan pahat, hal tersebut akan membuat nafiri tersebut berongga dengan tebal kulitnya kurang lebih setengah centimeter. Pada batang nafiri dibuat lubang-lubang jari dengan menggunakan besi yang dipanaskan. Cara memainkan dan membuat Nafiri diturunkan secara terus menerus dari generasi ke generasi oleh masyarakat Melayu Riau.
5.KEP.RIAU
GENDANG PANJANG (sumber bunyi : Membranofon, DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN)

Gendang adalah instrumen Riau yang salah satu fungsi utamanya
mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat
bantu.Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut
kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang
gedhe biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau
gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan
ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis
lancaran ,ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi kendhang
yang khas yaitu: kendhang kosek.Kendang kebanyakan dimainkan oleh para
pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa.
Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila
dimainkan oleh satu orang denga orang lain maka akan berbeda nuansanya.

6.JAMBI
GAMBUS (sumber bunyi : Kordofon, DIPETIK DENGAN MENGGUNAKAN JARI, SERTA MEMAINKAN NADA DENGAN MENGGUNAKAN JARI)
Gambus adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebut gambus saja. Di TVRI dan RRI, orkes gambus pernah membawakan acara irama padang pasir. Orkes gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan pria untuk tari pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan. Alat musiknya terdiri dari biola, gendang, tabla dan seruling. Kini, orkes gambus menjadi milik orang Betawi dan banyak diundang di pesta sunatan dan perkawinan. Lirik lagunya berbahasa Arab, isinya bisa doa atau shalawat. Perintis orkes gambus adalah Syech Albar seorang Arab-Indonesia, bapaknya Ahmad Albar, dan yang terkenal orkes gambus El-Surayya dari kota Medan pimpinan Ahmad Baqi.
7.SUMATRA SELATAN

ACCORDION (sumber bunyi : Aerofon, DENGAN MENGGUNAKAN KEDUA TANGAN, TANGAN YANG SATU SEBAGAI PENGATUR ALUNAN SUARA SEDANGKAN TANGAN YANG SATU L

Akordeon adalah alat musik sejenis organ. Akordeon ini relatif kecil dan dimainkan dengan cara digantungkan di badan.[1] Akordeon ditemukan oleh C.F.L. Buschmann dari Berlin, Jerman.[1]

Cara memainkan

Pemusik memainkan tombol-tombol akor dengan jari-jari tangan kiri, sedangkan jari-jari tangan kanannya memainkan melodi lagu yang dibawakan, tetapi pemain yang sudah terlatih dapat berganti-ganti tangan.[2] Pada saat dimainkan akordeon didorong dan ditarik untuk menggerakkan udara di dalamnya.[1] Pergerakan udara ini disalurkan ke lidah-lidah akordeon sehingga timbul bunyi.[1]
8.BANGKA BELITUNG
GENDANG MELAYU (sumber bunyi : Membranofon ,DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN )
  
 Salah satu fungsi utamanya mengatur irama.Instrument ini dibunyikan dengan tangan,tanpa alat bantu
9.BENGKULU
DOLL (sumber bunyi :Membranofon ,DIPUKUL DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PEMUKUL )
Dol merupakan alat musik traditional Provinsi Bengkulu yang dimainkan dengan cara dipukul. Dol sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Dol Besar, Tasa dan tom-tom. Dol terbuat dari bongol buah kelapa atau pohon nangka. Alat musik Dol biasanya dimainkan setahun sekali pada perayaan mengenang cucu Nabi Muhammad SAW di Padang Karbala Husin bin Ali Abu Thalib.
10.LAMPUNG
BENDE (sumber bunyi :Ideofon , DIPUKUL DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PEMUKUL KHUSUS )
Bende atau canang adalah sejenis gong kecil yang dapat dijumpai di hampir seluruh kepulauan Nusantara, dari Sumatera hingga Maluku dan Papua. Pada masa lalu, bende biasanya digunakan untuk memberikan penanda kepada masyarakat untuk berkumpul di alun-alun terkait informasi dari penguasa, untuk menyertai kedatangan raja atau penguasa ke daerah tersebut, atau untuk menandai diadakannya pesta rakyat. Saat ini, bende biasanya digunakan untuk menandakan adanya keramaian seperti topeng monyet atau pesta rakyat yang lain.


11.DKI JAKARTA
Gambang Kromong

Gambang keromong (sering pula ditulis gambang kromong) adalah
sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat musik umum.
Sebutan gambang keromong diambil dari nama dua buah alat perkusi,
yaitu gambang dan keromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang
keromong tidak lepas dari seorang pimpinan golongan Tionghoa yang
bernama Nie Hu-kong.
Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu
suangking, huru batu atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila
dipukul. Keromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah
10 buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang digunakan dalam gambang
keromong adalah tangga nada pentatonik Cina. Instrumen pada
gambang keromong terdiri atas gong, gendang, suling, bonang, kecrek,
dan rebab atau biola sebagai pembawa melodi.

12.JAWA BARAT
ANGKLUNG (sumber bunyi : Ideofon , DI GETARKAN DENGAN MENGGUNAKAN TANGAN)
Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.
Teknik Permainan Angklung
Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang rangkanya pada salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar menggoyang angklung:
  • Kurulung (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, dimana tangan kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin dimainkan.
  • Centok (sentak), adalah teknik dimana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).
  • Tengkep, mirip seperti kurulung namun salah satu tabug ditahan tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung mengeluarka nada murni (satu nada melodi saja, tidak dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen mayor, teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).
Sementara itu untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor. Pada setiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian sang konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan. Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminta konduktor. Dalam memainkan lagu ini para pemain juga harus memperhatikan teknik sinambung, yaitu nada yang sedang berbunyi hanya boleh dihentikan segera setelah nada berikutnya mulai berbunyi.
13.BANTEN
GENDANG (sumber bunyi : Membranofon , DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN)
Gendang biasanya dipakai untuk mengiringi permainan gitar dambus, campak, atau bedaek. Gendang juga dipakai untuk mengiringi arak-arakan penganten, upacara menyambut tamu, dan lain-lain. Keberadaan gendang dalam sejarah musik Melayu sudah lama ada seiring dengan perkembangan musik Melayu.

Cara Pembuatan
Pada zaman dahulu, sewaktu menebang hutan/ membuka Ume, masyarakat memilih kayu untuk dibuat gendang. Adapun kayu yang dipakai biasanya adalah kayu kenanga hutan. Namun pada masa sekarang kayu kenanga hutan sudah sulit ditemukan, maka masyarakat banyak menggunakan kayu Cempedak ataupun kayu lain yang dianggap kuat dan dapat mengeluarkan suara yang bagus.
Adapun untuk membuat gendang, dipilih pohon dengan lingkaran kayu yang besar, kemudian dipotong + 30/35-45 cm. Kayu tersebut dilubangi dengan pahat sehingga tipis, pada bagian muka tempat menempel kulit, dibuat agak tipis + setebal ibu jari.  Pada bagian belakang dibuat tebal dan diberi lingkaran setebal + 1½ jari atau 2 jari. Gunanya untuk menahan suara agar bergema  di dalam lalu keluar suara yang bulat. Sehingga gemanya kedengaran  dari kejauhan.

14.JAWA TENGAH
GAMELAN (sumber bunyi : Ideofon , DIPUKUL DENGAN
MENGGUNAKAN PEMUKUL KHUSUS)
Gamelan
Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam, gamelan berasal dari daerah Jawa tengah, Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat disebut dengan Degung dan di Bali disebut Gamelan Bali. Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slentem, bonang, peking, gender dan beberapa instrumen lainnya. Disamping itu gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.


15.DIY (DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
GENDANG (sumber bunyi : Ideofon , DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN)

Gendang adalah instrumen dalamgamelanJawa Tengahyang salah satu fungsi utamanyamengatur irama. Instrument ini dibunyikandengan tangan, tanpa alat bantu.

16.JAWA TIMUR
BONANG (sumber bunyi : Ideofon , DIPUKUL DENGAN MENGGUNAKAN PEMUKUL KHUSUS)

Bonang Barung adalah salah satu bagian dari seperangkat Gamelan Jawa, Bonang terbagi menjadi dua yaitu Bonang barung dan Bonang penerus.
Bonang barung berukuran sedang, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka dalam Ansambel. Khususnya dalam teknik tabuhan pipilan, pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menuntun lagu instrumen-instrumen lainnya. Pada jenis gendhing bonang, bonang barung memainkan pembuka gendhing (menentukan gendhing yang akan dimainkan) dan menuntun alur lagu gendhing. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun; ia membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus, dan pada aksen aksen penting bonang boleh membuat sekaran (lagu-lagu hiasan), biasanya di akhiran kalimat lagu.
17.BALI
CENGCENG (sumber bunyi : Ideofon , DILETAKKAN DI KEDUA TELAPAK TANGAN KEMUDIAN DITEPUK SEHINGGA SALING BERBENTURAN DAN MENGELUARKAN SUARA)
Ceng-ceng adalah bagian penting dari seperangkat gamelan Bali. Di antara alat gamelan yang lain, dalam satu performa, ceng-ceng memegang peran yang sangat penting.
Ceng-ceng Bali ini juga dikenal dengan sebutan ceng-ceng ricik. Bahan terbuat dari kayu nangka dan tembaga. Terdiri atas 6 (enam) buah logam bundar bagian bawah dan 2 (dua) logam bundar bagian atas. Cara memainkan alat musik tradisional Bali ini adalah dengan cara “memukulkan” bagian tembaga bundar yang atas (berjumbai merah) ke bagian tembaga bundar bawah yang menghadap atas. Sehingga timbullah suara ””ceng-ceng-ceng,…ceng-ceng-ceng,..”… Pemainnya biasanya memegang kedua bagian yang atas dengan menggunakan kedua tanggannya sehingga suaranya nyaring,keras dan khas simbal Bali…
Ceng-ceng Bali dibuat dengan bentuk kura-kura. Ini bisa dipahami karena pengukirnya mungkin  mengambil tokoh legenda Bali yaitu kura-kura mistis. Konon, di kebudayaan Bali, kura-kura mistis ini  memiliki nilai magis yaitu menyeimbangkan dunia di atas punggungnya. Tuh, lihat saja: giginya rapi kayak di’pangur’ dan ada taringnya, kaki-kakinya memiliki jari yang panjang seperti tangan manusia. “Ceng-ceng-ceng,…Ceng-ceng-ceng,..”…
18.NTB (NUSA TENGGARA BARAT)
SERUNAI (sumber bunyi : Areofon , DITIUP SAMBIL MEMAINKAN NADA DENGAN MENGGUNAKAN JARI PADA LUBANG-LUBANGNYA)
Serunai, atau juga disebut puput serunai, adalah nama alat musik aerofonik (tiup) yang dikenal di Indonesia sebagai alat musik tradisional di masyarakat Minang. Bagian unik dari serunai adalah ujungnya yang mengembang, berfungsi untuk memperbesar volume suara.

Kegunaan

Puput serunai biasanya dimainkan dalam acara-acara adat yang ramai, seperti upacara perkawinan, penghulu (batagak pangulu dalam bahasa Minang), dan sebagainya. Alat musik ini juga biasa dimainkan dengan bebas, baik perorangan, pada saat memanen padi atau saat bekerja di ladang. Musik serunai juga populer untuk mengiringi pertunjukan pencak silat Minang. Dalam sebuah penampilan, serunai dapat dimainkan secara solo (sendirian) dan dapat digabung dengan alat musik tradisional lainnya, seperti talempong, gendang, dan sebagainya yang menghasilkan perpaduan bunyi dan irama tradisional khas Minang.

Desain dan pembuatan

Bahan untuk membuat sebuah puput serunai tradisional Minang terdiri dari batang padi, kayu atau bambu, tanduk kerbau atau daun kelapa.
Bagian penata bunyi serunai terbuat dari kayu capo ringkik atau dari bambu talang yang ukurannya sebesar ibu jari tangan. Capo ringkik adalah sejenis tanaman perdu yang mempunyai lapisan kayu keras namun mempunyai bagian dalam yang lunak, sehingga mudah untuk dilubangi. Kayu yang panjangnya 20 cm tersebut diberi 4 lubang yang berselisih jarak 2,5 cm, yang berfungsi memberi beda tinggi rendah nada. Nada yang lazim pada alat musik tradisional Minang termasuk puput serunai adalah nada pentatonis "do-re-mi-fa-sol".
Puput adalah bagian yang ditiup pada alat musik serunai, biasa terbuat dari kayu, bambu talang, atau batang padi tua. Bagian ini disambungkan oleh bagian penyambung yang berfungsi sebagai pangkal puput tersebut. Panjangnya sekitar 5 cm dan terbuat dari kayu keras. Penyambung ini dilubangi untuk saluran udara tiup, yang bersambungan dengan poros badan dan poros corong. Di bagian belakang, bagian penyambung ini juga berbentuk corong, dengan diameter 2 cm.
Bagian corong adalah bagian ujung serunai yang dibentuk membesar seperti ujung akhir alat musik trompet. Fungsi bagian ini adalah untuk memperkeras atau memperbesar volume suara. Bagian ini biasanya terbuat dari kayu, terutama kayu gabus, dari tanduk kerbau yang secara alamiah telah berbentuk lancip mengembang, ataupun dari daun kelapa yang dililitkan. Panjangnya sekitar 10 sampai 12 cm, dengan garis tengah 6 cm di bagian yang mengembang.
Dalam pembuatan serunai terdapat spesifikasi yang bervarisi di tiap daerah. Bahkan ada jenis serunai yang pengaturan nadanya dilakukan dengan cara menutup dan membuka permukaan bagian corong.


19.NTT (NUSA TENGGARA TIMUR)
SASANDO (sumber bunyi : Chordofon , DIPETIK DENGAN MENGGUNAKAN JARI PADA SENARNYA)
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.[1]
20.KALIMANTAN BARAT
TUMA (sumber bunyi : Membranofon , DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN)
Tuma merupakan semacam gendangyang bentuknya panjang dengan caramemainkan ditabuh. Orang yangmemainkannya biasanya mejepit tuma diantara kedua kakinya
21.KALIMANTAN TENGAH
JAPEN (sumber bunyi : Kordofon , DIPETIK PADA BAGIAN SENARNYA)
  
JapenAlat musik japen merupakan alatmusic asli daerah Kalimantan, nama japen berasal dari bentuknya yang sangatunik

22.KALIMANTAN SELATAN
PANTING (sumber bunyi : Kordofon , DIPETIK PADA BAGIAN SENARNYA)
Irama khas yang di hadirkan, adalah perpaduan apik antara berbagai alat musik seperti Biola, Panting dan juga Gong.
Untuk alat musik Panting, alat musik ini hampir mirip dengan alat musik gambus yang berasal dari Arab. Sama seperti gitar, memainkan alat musik Panting juga harus di petik. Alat Musik Panting biasa di hadirkan dalam acara-acara seperti mengiri tarian tradisional.



23.KALIMANTAN TIMUR
SAMPE (sumber bunyi : Kordofon , DIPETIK PADA BAGIAN SENARNYA)
Sampek adalah alat musik tradisional Suku Dayak. Alat musik ini terbuat dari berbagai jenis kayu. Namun, yang paling sering dijadikan bahan adalah kayu arrow, kayu kapur, dan kayu ulin dan dibuat secara tradisional. Proses pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3 senar, 4 senar dan 6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai dengan keinginan pembuatnya, dan setiap ukiran memiliki arti.[1]

24.SULAWESI UTARA
KOLINTANG (sumber bunyi : Ideofon , DIPUKUL DENGAN MENGGUNAKAN PEMUKUL KHUSUS)
Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong tergantung yang lebih besar dan drum. Kolintang merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan Melayu Timur - Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor.[6] Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana menjadi bentuk seperti sekarang.[5] Kegunaannya bergantung pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Barat, Kulintang merupakan tradisi gong yang terus berkembang.
Alat musik ini dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang
25.SULAWESI BARAT
KECAPI (sumber bunyi : Kordofon , DIPETIK PADA BAGIAN SENARNYA)
Kecapi
Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerh Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai kecapi adalah siter dari Jawa Tengah.
26.SULAWESI TENGAH
GANDA (sumber bunyi : Membranofon , DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN)
·          
·         Ganda/ Kanda adalah nama alat musik pukul yangbiasa kita kenal dengan gendang yang memilikidua buah kulit menutupi kedua sisinya.
27.SULAWESI TENGGARA
LADOLADO (sumber bunyi : Ideofon , DIPUKUL DENGAN MENGGUNAKAN PEMUKUL KHUSUS
  
Labo-labo adalah alat music pukulYang biasanya di gunakan masyrakatSulawesi tenggara, yang di gunakan padasaat acara tertentu

28.SULAWESI SELATAN
KESO-KESO (sumber bunyi : Chordofon , DIGESEK PADA BAGIAN SENAR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT KHUSUS)
sejenis rebab (alat musik gesek) dari daerah TorajaUkuran rebab biasanya kecil, badannya bulat, bagian depan yang tercakup dalam suatu membran seperti perkamen atau kulit domba dan memiliki leher panjang terpasang. Ada leher tipis panjang dengan pegbox pada akhir dan ada satu, dua atau tiga senar. Tidak ada papan nada. Alat musik ini dibuat tegak, baik bertumpu di pangkuan atau di lantai. Busurnya biasanya lebih melengkung daripada biola.

29.GORONTALO
Polopalo

Alat musik tradisional Polopalo merupakan alat musik jenis idiofon atau golongan alat musik yang sumber bunyinya diproleh dari badannya sendiri (M. Soeharto 1992 : 54), Dalam artian bahwa ketika Polopalo tersebut di pukul atau sebaliknya memperoleh pukulan, bunyinya akan dihasilkan dari proses bergetarnya seluruh tubuh Polopalo tersebut.
Alat musik Polopalo adalah alat musik yang bahan dasarnya terbuat dari bambu, bentuknya menyerupai garputala raksasa dan teknik memainkannya yakni dengan memukulkan ke bagian anggota tubuh yaitu lutut. Pada perkembangannya, Polopalo mendapatkan penyempurnaan pada beberapa hal, salah satunya adalah kini Polopalo dibuatkan sebuah pemukul dari kayu yang dilapisi karet agar mempermudah dan membantu dalam proses memainkan alat musik Polopalo. Hal ini memberi dampak selain tidak membuat sakit bagian anggota tubuh yang dipukul, juga membuat Polopalo tersebut berbunyi lebih nyaring
30.MALUKU
Idiokordo

 
Idiokardo adalah alat musik yang seperti siter berdawai tiga dengan cara di petik.
Alat musik ini disebut juga Tatabuhan.


31.MALUKU UTARA
FU (sumber bunyi : Aerofon , DITIUP SERTA DIKENDALIKAN OLEH TELAPAK TANGAN SEBAGAI PENGATUR SUARA)
Fu merupakan alat musik tradisional khas yang berasal dari Maluku Utara.Fu terbuat dari kulit kerang, dan cara memainkannya dengan cara di tiup.Fu pertama kali ditemukan ketika seseorang tersesat dan meniup kulit kerang untuk meminta bantuan orang lain.Cara memainkannya pun berbeda walau tetap dengan cara ditiup, hal ini disebabkan karena letak lubang pada masing-masing alat yang berbeda.

32.PAPUA BARAT
GUOTO (sumber bunyi : Kordofon , DIPETIK PADA BAGIAN SENARNYA)
  • Chordofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai.

33.PAPUA
TIFA (sumber bunyi : Kordofon , Membranofon , DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN)


Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, Tifa mirip seperti gendang cara dimainkan adalah dengan dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran. tiap suku di maluku dan papuamemiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing.
Tifa biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi. rian ini biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.